Beberapa waktu yang lalu, rombongan dosen Fakultas Kehutanan UGM yang terdiri dari Dr. Budiadi, Prof. San Afri Awang dan Ratih Madya S, M.Sc, menghadiri the 3th Symposium of Decision Science for Future Earth dan World Social Science Forum (WSSF) 2018 di Jepang. Simposium ini merupakan ajang besar bertemunya para peneliti dan akademisi untuk berbagi pengetahuan, hasil-hasil riset dan juga membangun jejaring dengan peneliti lain. Fokus kegiatan ini adalah memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dunia dan memunculkan gagasan penelitian baru atau replikasi dari penelitian yang sudah dilakukan peneliti lain dan membangun co-design, co-production yang bersifat transdisipliner. Peserta yang hadir pada WSSF 2018 sebanyak 1800 orang yang berasal dari 80 negara. Kedua acara tersebtu diselenggarakan oleh Kyushu University dan bekerjasama dengan International Social Science Council.
Selain mengikuti simposium, sebagian rombongan juga menyempatkan studi banding pengelolaan tanaman konyaku (Amorphophallus conjac) dari hulu sampai hilir di Provinsi Gunma. Kunjungan ke Konyaku center di Gunma City dan Desa Shimonita dilakukan selama 3 hari 29 September – 1 oktober 2018. Gunma city adalah penghasil konyaku terbesar (92%) di seluruh Jepang. Di kota ini ada Konyaku Center tempat pengunjung dapat belajar sejarah, budidaya, proses pengolahan dan strategi pemasaran konyaku dalam skala industri besar. Konyaku center tidak meminta bayaran berupa retribusi atau tiket ketika kita belajar disana, diakhir route kita juga masih bisa menikmati berbagai hasil olahan konyaku secara gratis. Mereka mengambil keuntungan dari produk – produk yang mereka jual di supermarketnya. Kami bertemu dengan pemerintah desa Desa Shimonita dan petani konyaku. Para petani membudidayakan konyaku didaerah-daerah pegunungan sekitar wilayah desa. Konyaku dipanen pada usia 2, 3 atau bahkan 4 tahun. Petani di Desa Shimonita sudah memiliki kelompok dan secara bersama-sama melakukan penelitian – penelitian untuk meningkatkan produksi umbinya.
Pengolahan di tingkat petani juga sudah dilakukan walaupun masih skala industri rumah tangga. Rata-rata luas kepemilikan lahan masyarakat adalah 2 ha. Penghasilan desa dari produk konyaku dan daun bawang (2 produk utama yang dikembangkan di Desa Shimonita), dapat menjadi sumber pendanaan beasiswa bagi warganya yang bersekolah. WOW..!