Pada tanggal 18-22 Maret 2019, Wildlife Conservation Centre Laboratorium Satwa Liar, Fakultas Kehutanan UGM menyelenggarakan pelatihan pemodelan distribusi spesies untuk pengelolaan biodiversitas. Pelatihan ini menggunakan berbagai aplikasi open source dan data spasial yang bisa diunduh secara cuma-cuma. Kegiatan ini diselenggarakan karena pemodelan spasial belum banyak dikuasai oleh akademisi dan praktisi dalam bidang konservasi satwa liar. Padahal, teknik ini sangat berguna untuk pengelolaan biodiversitas dan tersedia alternatif software dan data yang bisa didapatkan secara gratis tanpa mengurangi kualitas pemodelannya. Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Dr. M. Ali Imron selaku Wakil Dekan III, Fakultas Kehutanan UGM. Beliau menyampaikan pentingnya menggunakan aplikasi yang tidak berbayar dalam suatu penelitian. “Pelatihan ini memang sengaja dirancang menggunakan program-program open-source yaitu QGIS, R, dan MaxEnt, sehingga kita bisa melakukan penelitian secara legal tanpa terkendala kepemilikan lisensi software yang mahal,” ungkapnya.
Pelatihan ini terdiri dari beberapa kegiatan utama. Yang pertama, peserta dibimbing untuk memahami logika-logika ekologi yang menjadi dasar pemodelan distribusi spasial. Berikutnya peserta dipandu untuk memodelkan distribusi spasial suatu spesies, yaitu Elang Jawa (Nisaetusbartelsi) menggunakan data yang sudah disediakan. Setelah itu peserta mempraktikkan secara mandiri pemodelan distribusi spasial suatu spesies yang mereka pilih sendiri dan secara bergantian mempresentasikan hasilnya. Selain itu, peserta juga diajak mengunjungi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi untuk memverifikasi hasil pemodelan distribusi Elang Jawa yang dipraktikkan dalam pelatihan.
Pemodelan distribusi spesies sangat bermanfaat untuk managemen kawasan. Seperti disampaikan oleh salah satu pemateri pelatihan, Dr. Sena Adi Subrata, bahwa hasil dari pemodelan spasial distribusi spesies bisa digunakan sebagai masukan informasi untuk beragam pengelolaan sumberdaya hayati. Contohnya: tumpang susun peta distribusi spesies dengan peta kawasan konservasi atau zonasi akan menghasilkan peta kecukupan kawasan konservasi, tumpang susun dengan areal pemukiman akan menghasilkan peta interaksi spesies dengan manusia, tumpang susun dengan peta pembangunan akan menghasilkan peta prediksi dampak pembangunan terhadap biodiversitas.
Pelatihan yang berlangsung selama lima hari ini diikuti oleh 15 orang peserta yang berasal dari instansi pemerintah, NGO, perusahaan swasta, dan mahasiswa. Peserta pelatihan ini memang dibatasi jumlahnya supaya pendampingan dari fasilitator lebih efektif. Untuk dapat mengikuti pelatihan ini dengan lancar, peserta harus sudah memiliki pemahaman ekologi dan menguasai dasar-dasar Sistem Informasi Geografis (SIG).Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan menguasai teknik pemodelan distribusi spesies sebagai salah satu sarana pengelolaan biodiversitas. Dengan menguasai teknik pemodelan distribusi spesies, diharapkan konservasi dan managemen keanekaragaman hayati di Indonesia akan semakin berkembang dan lestari.