ASEAN International Mobility for Students Short Stay Program (ASSP) 2014 di
Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) dan Tokyo Metropolitan University (TMU)
Setangkai bunga sakura yang kuncup dan berwarna merah muda pada sebagian yang mulai mekar nampak begitu menggoda. Ditemani dingin yang mulai berangsur susut menjadi hangat, dan pada saat itu daun-daun pun mulai tumbuh. Seonggok salju sisa musim lalu seakan menanti hangatnya mentari musim semi untuk mencair. Kemudian aku berjalan menyusuri tegakan tanaman eksotis itu, sambil memotret situasi dalam sebuah tulisan yang mulai membuat hati seolah tak ingin beranjak.
~sepenggal memori~
Halo Sahabat..
Lega rasanya bisa kembali merasakan kampus Kehutanan UGM tercinta setelah selama dua minggu berpetualang menyusuri pengalaman baru di Negeri Sakura. Kegiatan ASEAN International Mobility for Students Short Stay Program (ASSP) 2014 yang digelar oleh Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) merupakan kegiatan pertama kali dilaksanakan atas kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dengan TUAT. ASSP 2014 merupakan sebuah terobosan baru hasil kolaborasi dari tiga univertitas di Jepang yaitu TUAT, TMU (Tokyo Metropolitan University), dan IU (Ibaraki University) yang bertujuan membuka peluang lebih besar untuk belajar di Negeri Sakura kepada mahasiswa ASEAN pada umumnya dan mahasiswa UGM khususnya, terutama dalam skema pertukaran pelajar untuk mahasiswa undergraduate dan dilanjutkan dengan belajar S2 hingga S3 di TUAT.
Fokus kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan kepada mahasiswa peserta ASSP 2014 tentang kegiatan akademik di TUAT dan universitas mitra. Tidak hanya kegiatan akademik yang diperkenalkan, mahasiswa peserta ASSP 2014 ini juga akan lebih banyak mengetahui tentang kehidupan kampus, suasana belajar, serta metode belajar di Jepang. Semua itu dirangkum dalam sebuah kegiatan selama 15 hari yang terpusat di TUAT Fuchu dan Koganei Campus. Sekedar informasi, bahwa kegiatan ASSP 2014 ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang. Semua mahasiswa FKT UGM khususnya mahasiswa tahun ke-3 dan ke-4 memiliki peluang untuk menjadi peserta ASSP dan program sejenis lainnya. Proses seleksi dilakukan secara internal oleh kampus Fakultas Kehutanan UGM. Tahapan seleksi meliputi seleksi administrasi dan wawancara. Seleksi untuk mengikuti kegiatan ini teman-teman cukup menyiapkan transkrip nilai, sertifikat kemampuan berbahasa Inggris, serta fotocopy paspor. Setelah lolos seleksi administrasi maka teman-teman akan dipanggil untuk mengikuti tahapan selanjutnya yaitu wawancara. Dalam wawancara tidak usah grogi ya kawan, cukup rileks dan tenang. Usahakan jawaban yang diberikan mampu menyakinkan para interviewer sehingga dapat direkomendasikan untuk mengikuti kegiatan ini.
Peserta yang bergabung dalam ASSP 2014 ada sebanyak 20 mahasiswa yang terdiri dari 10 orang dari Indonesia yang berasal dari kampus UGM, IPB, ITB dan 10 orang dari Malaysia dari kampus UPM (Universiti Putera Malaysia), UTM (Universiti Teknologi Malaysia), dan MJIIT (Malaysia-Japan International Institute of Technology). Secara teknis terdapat dua bidang ilmu utama yang di-show up selama kegiatan berlangsung, yaitu Agriculture dan Engineering. Hal ini tercermin dalam major peserta yang diundang. Agriculture diwakili oleh UGM, IPB, dan UPM, sedangkan engineering diwakili oleh ITB, UTM, dan MJIIT. Seluruh peserta digodok selama 84 jam waktu efektif untuk belajar tentang Bahasa Jepang, komunikasi antar-budaya, budaya masyarakat Jepang, pengenalan ilmu dan teknologi pertanian hasil penelitian di Jepang, dan pengenalan ilmu teknik beserta hasil penelitian tingkat lanjut (advance). Teknik belajarnya adalah dengan melakukan tour ke sejumlah laboratorium di TUAT dan TMU dalam klasifikasi bidang keilmuan agriculture dan engineering.
Kuliah pertama yang diberikan adalah pengantar komunikasi Bahasa Jepang. Dalam sesi ini para peserta diajari Bahasa Jepang beserta penggunaannya sehari-hari. Sensei yang membimbing sangat interaktif sehingga mampu membangkitkan suasana segar di dalam kelas. Beliau adalah Prof. T. Hongo. Selain Bahasa Jepang, dalam kelas ini juga diajarkan cara menulis Hiragana, Katakana, dan Kanji. Ketiga model aksara Jepang ini rupanya saling melengkapi satu sama lain, karena tidak dalam penulisan kata tertentu untuk Bahasa Jepang maupun kata-kata istilah yang berasal dari luar Bahasa Jepang tidak dapat ditulis hanya dengan salah satu dari tiga model tulisan Jepang diatas. Konsep dan prinsip tulisannya cukup sederhana, tetapi menghafalkan karakter tulisannya itu yang sulit, hehe. Tetapi kawan-kawan semua tidak perlu khawatir, asal banyak praktik menulis dan berbahasa Jepang, kita akan semakin terbiasa dan mahir.
Selain kemampuan menulis dan berBahasa Jepang, peserta ASSP 2014 diberikan pengetahuan tentang teknik komunikasi antarbudaya. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta dalam berkomunikasi sehari-hari khususnya dengan masyarakat Jepang. Para peserta yang notabene berasal dari negara dan budaya yang berbeda tentunya sempat mengalami shock culture atau mengalami sebuah kondisi kaget karena belum terbiasa dalam menghadapi kehadiran lingkungan baru, budaya baru, dan suasana sosial masyarakat yang baru dengan bahasa yang sama sekali berbeda tentunya. Maka dari itu, goal yang ingin dicapai dari dari kuliah komunikasi antarbudaya ini adalah seluruh peserta ASSP 2014 dapat dengan tenang dan lihai dalam berkomunikasi dengan masyarakat Jepang khususnya, mulai dari situasi resmi di kampus, etika bertanya kepada seseorang, situasi di ruang makan, hingga melakukan sosialisasi intensif/ngobrol santai bersama teman kenalan baru mahasiswa-mahasiswa Jepang sambil minum teh J . Yang tak kalah penting adalah saat melakukan komunikasi dengan para sensei, karena misi lanjutan dalam kegiatan ini adalah mempererat jaringan persahabatan antar kampus, antar universitas, dan antar negara pada umumnya. Bercengkerama dengan para sensei harus dilakukan setiap saat ada kesempatan. Materi yang dibicarakan antara lain peluang belajar di TUAT, peluang beasiswa, hingga bertanya tentang riset-riset yang telah dan sedang dilakukan oleh mereka. Pada akhirnya adalah bertukar kartu nama, yang apabila suatu saat nanti ada kesempatan kembali untuk melanjutkan studi, maka dengan sangat antusias mereka akan kembali menyambut siapapun yang pernah berkunjung ke kampus TUAT, apalagi dalam rangka melanjutkan studi.
Nah, ini yang ditunggu. Tonggak sejarah kampus TUAT adalah Nature and Science Museum yang mampu menceritakan banyak hal mengenai latar belakang serta cikal bakal ilmu pengetahuan sebagai fondasi awal berdirinya kampus TUAT. Sejarah berdirinya kampus TUAT dimulai pada tahun 1874 yang ditandai dengan berdirinya Institut Pelatihan Pertanian (Agricultural Training Institute) yang berafiliasi dengan Shinjuku Branch Office of Industrial Encouragement Departement, Ministry of Home Affairs. Institut ini memulai debutnya dengan meneliti penyakit pada ulat sutera. Tetapi museum ini sendiri baru secara resmi berdiri pada tahun 1886. Di dalam museum terdapat beragam jenis ulat sutera, beragam bentuk dan ukuran kokon, beragam model mesin pemintal sutera, hingga berbagai jenis produk-produk industri yang dihasilkan yang berbahan benang sutera. Produk-produk industri yang biasa menggunakan sutera adalah kain sutera, tetapi ada satu produk industri yang ternyata juga menggunakan sutera yaitu ban kendaraan (tyre). Bagian lapisan dalam ban yang dikembangkan oleh Bridgestone ternyata juga memanfaatkan kekuatan benang sutera dengan pintalan khusus sehingga mampu menahan berat kendaraan. Penelitian lanjutan tentang benang sutera juga telah mencapai pada pengembangan dawai gitar berbahan dasar sutera.
Sebuah Introductory Lecture yang diberikan oleh Prof. Sachi Ninomiya tentang teknologi pertanian lanjutan yang dipadu dengan konsep ilmu lingkungan dan ketahanan pangan berbasis Education for Sustainable Development (ESD) telah membuat seluruh peserta ASSP 2014 menjadi “panas” karena terlalu bersemangat dan penasaran dengan sejumlah ilmu yang dipaparkan. Terlebih saat sang Ninomiya Sensei menghadapkan peserta kepada permasalahan, peluang dan tantangan ekonomi dunia saat ini dan masa depan. Diskusi berlangsung ketat, peserta mencoba untuk merumuskan solusi guna membantu perkembangan pembangunan sumberdaya manusia berbasis konservasi lingkungan dan strategi pengembangan ekonomi secara global dengan tetap berlandaskan pikiran pada kondisi di negara masing-masing.
Perjalanan selanjutnya adalah berkeliling laboratorium (agriculture field) di TUAT Fuchu Campus yaitu laboratorium yang digawangi oleh Prof. Ryo Funada (environmental and natural resources sciences). Funada Sensei memaparkan hasil risetnya kepada peserta yaitu tentang mekanisme aktivitas kambium dalam kaitan dengan kondisi lingkungan-khususnya faktor suhu-serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kayu pohon. Beliau membandingkan pohon yang berada di negara tropis dan negara temperate, keduanya memiliki perbedaan masa tumbuh yang sangat jelas karena dipengaruhi oleh perbedaan musim. Lingkaran tahun menjadi indikator yang paling mudah ditemukan untuk membuktikan hal tersebut. Perubahan suhu pada musim dingin akhir ke musim semi awal sangat mempengaruhi proses fisiologis yang mengawali pembelahan sel kambium dan diferensiasi xylem pada kayu pohon. Tidak berhenti sampai disitu, berdasarkan hasil temuan Funada Sensei kondisi pertumbuhan kayu saat ini khususnya di negara temperate telah dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah kemampuan untuk meningkatkan efisiensi ekploitasi kayu komersial dengan memperhatikan kelestarian hutan serta mempersiapkan secara lebih baik adanya perubahan iklim dunia.
Yang membuat bangga nih, ternyata di TUAT ada seorang sensei dari Indonesia, beliau adalah Prof. Dr. Wuled Lenggoro. Beliau bermarkas di BASE (Bio-Application and Systems Engineering) Graduate School, Division of Applied Chemistry, Faculty of Engineering, TUAT. Prof. Lenggoro merupakan pimpinan dari Particle and Aerosol Research Laboratory. Penelitian yang digarap oleh beliau adalah tentang teknologi partikel/aerosol, proses dan sintesis material yang semuanya dikerjakan dalam skala mikro dan nanometer. Salah satu hasil penelitian BASE yang menurut saya sangat mencengangkan adalah Advanced Plant Factory/Research Center for Frontier Plant Factory. Apa itu?? Adalah sebuah laboratorium yang khusus menangani rekayasa pertumbuhan dan peningkatan produktifitas buah blueberry. Laboratorium ini menggunakan teknologi yang sangat maju sehingga mampu memperpendek masa dorman tanaman blueberry. Pada pertumbuhan alami tanaman blueberry hanya mampu berbuah sekali dalam setahun, setelah perlakuan rekayasa iklim tanaman ini mampu berbuah dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Teknologi memainkan peran yang sangat penting, semua sistem di laboratorium ini terkontrol dengan rapi dan dipantau selama 24 jam. Berdasarkan pemaparan dari seorang mahasiswa S3 asal Thailand, prinsip kerja laboratorium ini adalah dengan membuat empat kamar terkontrol dan terintegrasi (controlled and integrated chamber). Keempat ruangan tersebut adalah spring chamber, summer chamber, autumn chamber, dan winter chamber. Perlakuan pada masing-masing kamar jelas berbeda. Lingkungan artifisial setiap kamar benar-benar disesuaikan dengan suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah hujan, dan kadar karbon di udara (sebagai faktor pertumbuhan utama tanaman) yang sama sekali berbeda di empat musim yang harus dilalui. Tanaman blueberry akan berpindah tempat dari satu kamar ke kamar yang lain pada waktu yang telah ditentukan. Selain empat kamar tersebut, terdapat dua kamar antara sebagai ruang adaptasi tanaman. Kamar adaptasi pertama digunakan untuk tanaman yang telah selesai diperlakukan di kamar musim gugur dan akan memasuki kamar musim dingin. Kamar adaptasi kedua digunakan untuk tanaman yang akan dipindah dari kamar musim dingin menuju kamar musim semi. Kenapa demikian?? Karena perbedaan suhu sebelum dan sesudah memasuki musim dingin sangat signifikan. Jika tanaman dari autumn chamber langsung dimasukkan ke winter chamber atau langsung dikeluarkan dari winter chamber dan dimasukkan langsung ke spring chamber maka kemungkinan tanaman mati sangat tinggi. Soal kualitas buah yang dihasilkan tidak diragukan lagi. Selain mempercepat masa berbuah blueberry, fasilitas ini juga mampu meningkatkan mutu buah menjadi lebih baik dari pertumbuhan di kebun blueberry. Terobosan semacam ini tentu sangat diperlukan untuk meningkatkan pasokan bahan baku ke industri yang mengolah blueberry menjadi berbagai jenis makanan olahan.
Nah, demikian kawan. Sedikit ceritaku hari ini. Tentang sebuah perjalanan pertama di negeri Kanzakura. Bagi teman-teman yang berminat untuk datang langsung ke kampus TUAT untuk belajar beragam teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat maju, teman-teman dapat apply di program ASEAN International Mobility for Students (AIMS) Regular (1 semester) yang akan dilaksanakan pada musim gugur tahun ini yaitu di bulan September. Pantau terus informasinya dan persiapkan dengan sebaik-baiknya yah J.
Terakhir saya ucapkan terimakasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM yang telah mendukung saya mengikuti kegiatan ini. Semoga langkah ini bermanfaat dan dapat dilanjutkan oleh rekan-rekan mahasiswa lainnya pada kesempatan mendatang.
Arigatōgozaimashita.See yaa..
Salam hangat,
Tri Wahyu Almadina