Hutan tropis Indonesia mempunyai kekayaan flora dan fauna yang tinggi dan merupakan asset yang harus dipertahankan dan dilestarikan guna mendukung kehidupan yang baik di masa mendatang. Disamping itu banyak lahan-lahan di Indoesia yang terdegradasi sehingga perlu adanya rehabilitasi dengan pendekatan silvikultur intensif (SILIN) agar nilai lahan tersebut terus meningkat baik secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Berkenaan dengan hal tersebut Pusat Kajian Silvikultur Intensif hutan Tropis Indonesia dibentuk agar dapat berkontribusi secara positif untuk meningkatkan kualitas lahan terdegradasi dan kelestarian hutan. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Dr. Sapto Indrioko Ketua Panitia Seminar Daring yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Silvikultur Intensif Hutan Tropis Indonesia (PK SILIN) Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada pada Rabu, 12 Agustus 2020. Berkenaan dengan hal tersebut PK SILIN Hutan Tropis Indonesia menyelenggarakan seminar daring secara serial dengan topik jenis-jenis potensial untuk mendukung pengelolaan hutan lestari.
Pada Seminar daring seri pertama ini mengambil tema “Pembangunan hutan tanaman Pinus merkusii untuk mendukung pengembangan produksi kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK)”. Seminar daring menghadirkan menghadirkan 3 pembicara, yaitu 1. Prof Dr. Moh. Na’iem dengan paparan berjudul “Strategi Pemuliaan Pinus merkusii untuk Mendukung Pengembangan Produksi Kayu dan Getah”, 2. Dr. Musyafa dengan judul “Perlindungan Hama dan Penyakit Terpadu pada Pinus merkusii” dan 3. Dr. Sigit Sunarta dengan judul “Rendemen Serta Kualitas Gondorukem dan Tarpentim Getah Pinus merkusii”.
Pada seminar daring ini diketahui bahwa pemuliaan Pinus merkusii telah dikembangkan sejak tahun 1976 dengan mengkoleksi 1000 pohon plus pinus yang tersebar diseluruh wilayah hutan alam dan tanaman pinus di Indonesia. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani dan Ditjen RLPS Departemen Kehutanan. Pada fase awal pemuliaan pinus dilakukan untuk menghasilkan pohon yang berkualias baik secara fenotipiknya, demikian disampaikan oleh Prof. Dr. Moh. Na’iem. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa perkembangan pemuliaan pinus merkusii dilakukan dengan memilih pohon-pohon yang menghasilkan getah > 50 gr/pohon/3 hari pengambilan. Pendekatan ini telah dilakukan sejak tahun 2004 dan sudah sampai tahap pengujian klon-klon pinus bocor getah di lapangan. Senada dengan hal tersebut, Dr. Sigit Sunarta menyampaikan bahwa pemilihan pinus bocor getah dihatrapkan akan mendorong peningkatan produksi getah pinus, sehingga Indonesia bias bersaing di pasar global dan dapat menjadi pengekpor getah pinus dan produk turunannya terbesar di dunia. Untuk itu selain pendekatan pemilihan pohon induk pinus bocor getah maka diperlukan pendekatan teknik penyadapan yang tepat baik menggunakan system bor maupun menggunakan stimulant. Akan tetapi capaian penemuan klon bocor getah tersebut diharapkan ditanam dapat pola pertanaman multi klon dan atau dicampur dengan species lain. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan serangan hama penyakit yang dapat menyerang tanaman Pinus, demikian disampaikan oleh Dr. Musyafa. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa pendekatan pengendalian hama penyakit terpadu pada tanaman pinus diharapkan dapat berkontribusi positif untuk menghasilkan tanaman pinus yang sehat dan produktif.
Selanjutnya secara berturut-turut PK Silin akan menggelar diskusi berikutnya dalam rangkaian seminar sebagai berikut : seri 2 mengambil tema perhutanan klon jati, seri 3 dengan tema tantangan dan peluang pengembangan hutan rakyat, seri 4 dengan tema optimasi pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk mendukung industri pulp dan kayu pertukangan dan seri 5 bertema pengelolaan hutan alam tropis untuk mendukung kelestarian produksi dan perlindungan ekosistem. Diskusi tersebut dapat diikuti melalui aplikasi Zoom dan channel youtube Fakultas Kehutanan yaitu Kehutanan ugm atau melalui link: https://www.youtube.com/channel/UCsO1IKEROrXv_mueCxRv6ew
Lebih lanjut, Dr. Sapto Indrioko selaku ketua PK Silin Hutan Tropis Indonesia, menyampaikan bahwa diskusi serial ini diharapkan mampu mendorong semaraknya kajian terhadap species-species komersial yang penting di Indonesia serta mendorong kajian-kajian yang komprehensif dan berkontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumberdaya hutan Indonesia.