(8/10) Pusat Kajian Sejarah dan Kebijakan Kehutanan (Sebijak Institute) Fakultas Kehutanan UGM melaksanakan kegiatan Talkshow dalam rangkaian kegiatan Dies Natalies Fakultas Kehutanan UGM yang ke-57. Kegiatan talkshow ini dilaksanakan pada Hari Kamis, 8 Oktober 2020 dengan judul tema “Politik Perdagangan Internasional: Pangan, Pasar dan Hutan?”.
Kegiatan talkshow ini dibuka oleh sambutan dari Wakil Bidang Kerjasama dan Alumni Fakultas Kehutanan UGM, Dr. rer. Silv. Muhammad Ali Imron, S.Hut., M.Sc. yang kemudian dipandu oleh moderator, Dr. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si (Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan UGM).
Acara yang berlangsung secara daring ini menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, diantaranya adalah Irfan Bakhtiar S.Hut, M.Si. (Direktur Program Strengthening Palm Oil Sustainability in Indonesia (SPOS Indonesia), Kehati Indonesia) dan Prof. Dr. Ahmad Maryudi (Guru Besar Kebijakan dan Tata Kelola Kehutanan Fakultas Kehutanan UGM). Model penyampaian materi ini dilakukan dengan diskusi talkshow interaktif. Paparan materi ini membahas titik poin terhadap isu politik perdagangan internasional yang sedang berkembang serta implikasinya dengan kondisi suplai industri komoditas berbasis agro dalam negeri saat
Kondisi perdagangan internasional saat ini mengalami transformasi progresif ke arah tren perdagangan berkelanjutan. Sebagai contoh di Uni Eropa meluncurkan mekanisme FLEGT-VPA yang mensyaratkan kayu legal. Amerika Serikat memiliki kebijakan Lacey Act dan Australia memiliki kebijakan Australia Illegal Logging Prohibition Act (AILPA) untuk menjamin kayu yang masuk ke negaranya terjamin legal. Di tahun 2019, Uni Eropa meluncurkan European Green Deal yang mensyaratkan segala produk yang masuk ke EU harus memenuhi kriteria ‘lestari’ dari EU. Uni Eropa sebagai salah satu pasar dominan di dunia dapat menjadi trendsetter yang dapat mempengaruhi kebijakan perdagangan di negara-negara lain.
Hal ini berimplikasi pada produk komoditas agro Indonesia yang kemudian dapat mengalami kesulitan untuk menembus pasar Eropa. Bahkan produk kelapa sawit Indonesia saat ini banyak diberitakan mengalami penolakan dan boikot dari beberapa negara di Uni Eropa karena dinilai tidak memenuhi persyaratan Uni Eropa. Dalam diskusi ini, Prof. Dr. Ahmad Maryudi, menjelaskan mengenai kondisi beberapa negara Uni Eropa yang memiliki respon yang bervariasi dan terkesan pragmentatif terkait keberterimaan produk hijau yang berasal dari Indonesia atau dikenal sebagai “Mediterranean syndrome” dimana variasi yang signifikan dalam kepatuhan tiap-tiap negara terhadap sistem pranata EU, terutama negara EU Selatan. Selanjutnya Bapak Irfan Bakhtiar memberikan gambaran mengenai kondisi suplai ekspor produk agro Indonesia ke EU, mulai dari sawit, kopi dll. Sehingga menunjukkan pangsa Eropa untuk beberapa komoditas agro sangat besar. Akan tetapi juga perlu meninjau kembali peraturan EU Green Deal tidak serta merta “menelan mentah-mentah” regulasi tersebut ketika dikontekskan dengan kondisi komoditas di Indonesia.
Diakhir sesi talkshow, Dr. Hero menutup dengan tiga poin besar yaitu
- Eksistensi perdagangan Internasional tidak terlepas dari intervensi pasar dan peran serta isu politis negara konsumen.
- Instrumen kebijakan pemerintah Indonesia untuk mendukung peningkatan komoditas ekspor sudah berada di jalur yang tepat, akan tetapi perlu dilakukan implementasi yang nyata dan terukur.
- Integrasi data terpadu diperlukan digunakan sebagai bukti untuk bargaining dengan negara-negara konsumen.
Materi Paparan narasumber dapat diunduh melalui tautan berikut: https://drive.google.com/drive/folders/1w_dgQuHEXKe7ed2QMcsp9seUFKBChibs?usp=sharing
Makin eksisnya perdagangan Internasional, yg didukung oleh Instrumen kebijakan pemerintah dalam mendukung peningkatan komoditas ekspor
Moga makin eksisnya perdagangan Internasional yang didukung oleh Instrumen kebijakan pemerintah dalam mendukung peningkatan komoditas ekspor
Sangat bermanfaat