Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT. Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai melakukan kajian pengembangan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati di kawasan Hutan Patra Seroja. Ruang lingkup kajian ini meliputi potensi keanekaragaman hayati flora dan fauna Hutan Patra Seroja, pengelolaan bentang lahan Hutan Patra Seroja, peluang pemberdayaan di desa sekitar areal kerja PT. Pertamina dalam pengelolaan kehati Hutan Patra Seroja, dan pembuatan rencana strategis pengelolaan Hutan Patra Seroja. Hutan Patra Seroja merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh PT. Pertamina RU II Dumai. Berdasarkan surat pernyataan General Manager PT. Pertamina RU II Dumai, areal kawasan Hutan Patra Seroja dibagi menjadi 2 yaitu Telaga Putri seluas 12 ha dan kawasan kanekaragaman hayati seluas 57 ha. Kajian yang dilakukan Fakultas Kehutanan diketuai oleh Dr. rer. Silv. Muhammad Ali Imron, S. Hut., M.Sc., sedangkan untuk masing-masing aspek dikoordinatori oleh Dr. Dwi T. Adriyanti, S.Hut, MP. pada aspek flora, drh. Subeno, M.Sc pada aspek fauna, Mukhlison, S.Hut., M.Sc. pada aspek lanskap, dan Denni Susanto, S.Hut., M.Sc. pada aspek sosial.
Kajian pengembangan strategi pengelolaan kehati di kawasan Hutan Patra Seroja dimulai pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2021. Kunjungan lapangan untuk pengambilan dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2021 selama 2 minggu. Tim lapangan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai aspek yang diambil. Berdasarkan hasil kunjungan
- Aspek Flora
Hasil kajian menunjukkan terdapat 970 individu tumbuhan yang tersusun dari 160 jenis, dengan rincian semai 85 individu dari 38 jenis, pancang 303 individu dari 108 jenis, dan tingkat pohon 87 individu dari 46 jenis. Pada tingkat pertumbuhan semai terdapat Chassalia curviflora sebagai spesies yang paling dominan dengan Indeks Nilai Penting 27.65%, pada tingkat pancang didominasi Polyalthia glauca dengan Indeks Nilai Penting 10.50%, pada tingkat tiang disominasi oleh Gironniera hirta dengan Indeks Nilai Penting 20.77%, dan jenis dominan pada tingkat pohon adalah Shorea platytclados dengan Indeks Nilai Penting 18.88%.
Profil daun dan batang Shorea platyclados Slooten ex Endert
- Aspek Fauna
Burung
Teridentifikasi sebanyak 50 jenis aves yang terbagi dalam 30 famili, 6 jenis diantaranya merupakan spesies burung yang dilindungi berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 dan P.106 Tahun 2018 diantaranya : elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), elang ular bido (Spilornis cheela), kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris), kipasan belang (Rhipidura javanica), cica daun sayap biru (Chloropsis cochinchinensis) dan serindit melayu (Loriculus galgulus). Sedangkan ada 3 jenis yang memiliki status konservasi tinggi menurut IUCN Redlist yaitu cica daun sayap biru (Chloropsis cochinchinensis) dengan status terancam punah (Endangered), kerak kerbau (Acridotheres javanicus) dengan status rentan (vulnerable) dan pelatuk kumis kelabu (Chrysophlegma humii) dengan status mendekati terancam (Near Threatened). Diketahui indeks keanekaragaman burung masuk kategori tinggi.
Elang laut perut putih (Haliaetus leucogaster) (kiri atas) dan Elang ular bido (Spilornis cheela) (kanan atas) Kangkareng perut putih (Amaurornis phoenicurus) (kiri bawah) dan Kipasan belang (Rhipidura javanica) (kanan bawah)
Mamalia
Teridentifikasi sebanyak 12 jenis mamalia yang berhasil diidentifikasi dan terbagi dalam 5 taksa 6 spesies yang dilindungi berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 dan P.106 tahun 2018 diantaranya beruang madu (Helarctos malayanus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), kancil (Trangulus sp), kukang Sunda (Nycticebus coucang), ungko (Hylobates agilis) dan trenggiling (Manis javanica). Terdapat 6 jenis mamalia yang memiliki status konservasi tinggi menurut IUCN Redlist yaitu : trenggiling (Manis javanica) juga dikategorikan ke dalam status kritis (critically endangered), kukang sunda (Nycticebus coucang) dan ungko (Hylobates agilis) dengan status terancam punah (endangered), beruang madu (Helarctos malayanus) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dengan status rentan (vulnerable), serta jelarang bilarang (Ratufa affinis) dengan status mendekati terancam (Near Threatened). Diketahui indeks keanekaragaman mamalia masuk kategori rendah.
cakaran beruang pada sebatang pohon (kiri atas) dan cakaran trenggiling (kanan atas); bawah: feses musang yang dijumpai secara random di jalan akses Hutan Patra Seroja (kiri) dan kubangan babi dengan tanda keberadaan berupa jejak babi hutan (kanan).
Herpetofauna
Teridentifikasi sebanyak sebanyak 28 spesies herpetofauna di kawasan Hutan Patra Seroja diantaranya : amfibi yang ditemukan sebanyak 15 jenis dari 5 family dan reptil sebanyak 13 jenis dari 7 family. Terdapat 2 spesies yang memiliki status konservasi tinggi menurut IUCN Redlist yaitu kura-kura matahari (Heosemys spinosa) dengan status terancam punah (endangered) dan Limnonectes paramacrodon dengan status mendekati terancam punah (Near Threatened). Diketahui indeks keanekaragaman mamalia masuk kategori sedang.
Kura-kura matahari (Heosemys spinosa)
- Aspek Lanskap (bentanglahan)
Kondisi eksisting bentanglahan Kawasan Patra Seroja didominasi oleh hutan sekunder dengan kerapatan yang tinggi seluas 84.13 Ha, tubuh air seluas 4.95 Ha dan tanaman kerapatan sedang 2.92 Ha. Selain itu terdapat perbedaan luasan bentanglahan Kawasan Patra Seroja dengan penetapan. Saat ini bentanglahan patra seroja seluas 103.72 Ha termasuk di dalamnya Hutan Blok A dan Telaga Tirta Patra.
Arahan pengelolaan bentanglahan Kawasan Patra Seroja memiliki dua pilihan yang paling memungkinkan, yaitu Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat serta Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Berdasarkan nilai penting bentanglahan dan potensi keanekaragaman hayati, Taman Kehati lebih dapat memberikan manfaat sebagai dasar pengelolaan kawasan.
- Aspek Sosial
Aspek sosial pada kajian ini mengarah pada peluang program perbendayaan masyarakat sekitar Hutan Patra Seroja. Dimana terdapat 2 desa yang memiliki interaksi sangat tinggi dengan Hutan Patra Seroja yaitu Kelurahan Bukit Datuk dan Kelurahan Bukit Timah. Interaksi yang dilakukan masyarakat diantaranya : pemanfaatan lahan pertanian milik PT. Pertamina RU II Dumai dan pemanfaatan sumber daya di dalam kawasan Hutan Patra Seroja berupa kayu dan beberapa jenis burung. Beberapa isu strategis yang diangkat dalam perumusan program pemberdayaan diantaranya : 1) tingginya keanekaragaman hayati hutan patra seroja, 2) peran perempuan dan pemuda, 3) ekspansi lahan sawit oleh masyarakat, 4) potensi wisata lokal di bukit datuk dan bukit timah, dan 5) permasalahan sampah.
Beberapa program pemberdayaan yang berpeluang diterapkan di kedua desa sebagai upaya pengelolaan keanekaragaman hayati adalah :
- Penguatan kelompok masyarakat mitra (kelompok tani) dalam menjaga Hutan Patra Seroja;
- Pembentukkan kelompok masyarakat yang memiliki interaksi terhadap kawasan dan peran dalam pengelolaan keanekaragaman hayati serta mengembangkan sumberdaya alam di lahan milik/desa untuk tujuan produktif;
- Adaptasi strategi jangka benah untuk solusi jalan tengah permasalahan lahan sawit, dan;
- Peningkatan kesadaran masyarakat dan pengembangan sarana prasarana pendukung pengelolaan sampah sekitar Hutan Patra Seroja.