Yogyakarta, 26 September 2023. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar webinar series dalam rangkaian Dies Natalis ke-60. Rangkaian kegiatan Webinar dies natalis ke-60 diawali dengan seminar series #1 dengan topik “Peran Kehutanan Sosial untuk Kelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat: Pembelajaran Dari Tingkat Tapak”. Rangkaian webinar dalam rangka Dies Natalis ke-60 Fakultas Kehutanan UGM dilanjutkan dengan webinar series #2 dengan topik bahasan “Daya Dukung & Daya Tampung Kehutanan untuk Mendukung Kelestarian Hutan & Pencapaian SDGs”.
Webinar series #2 kali ini bertempat di Multimedia Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Para peserta webinar hadir secara daring dengan jumlah peserta mencapai 136 peserta dari platform Zoom Meeting dan 40 peserta dari Live YouTube. Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dan ditutup pada 12.00 WIB.
Kegiatan webinar series diawali pembukaan oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fakultas Kehutanan UGM, Prof. Ir. Widiyatno, S.Hut., M.Sc., Ph.D. Pada sesi pembukaan, Prof. Widiyatno menyampaikan bahwa tema ini dipilih karena seiring dengan pembangunan yang meningkat, sektor kehutanan perlu dijaga dan dilestarikan karena berdampak pada daya dukung dan daya tampung, sehingga berpengaruh pada keberlangsungan hidup manusia di masa yang akan datang.
Acara dilanjutkan dengan sesi inti yang dipandu oleh Dr.rer.nat. Sena Adi Subrata, S.Hut., M.Sc. dari Fakultas Kehutanan UGM. Narasumber pada webinar series #2 ini terdiri dari 1 narasumber dari sektor pemerintahan yaitu Ir. R.A. Belinda Arunarwati Margono, M.Sc., Ph.D. (KLHK) serta 3 narasumber dari sektor industri yaitu Iwan Setiawan, S.Hut., M.Si. (Sinarmas Forestry); Ir. Purwadi Soeprihanto, S.Hut., M.E. (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia); dan Boorliant Satryana, S.Hut., M.Si. (PT. Maruwai Coal).
Sejalan dengan apa yang telah disampaikan di awal oleh Wakil Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Ir. R.A. Belinda Arunarwati Margono, M.Sc., Ph.D. memaparkan bahwa terdapat keterkaitan kuat antara air-energi-pangan dengan hutan. Terdapat 17 tujuan SDGs secara global serta bagaimana tata kelolanya untuk membangun hutan. Berbicara soal hutan, kita juga bicara mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pemahaman Keberadaan hutan dalam suatu kesatuan bentang alam dan sifat keruangan ekosistem hutan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Terdapat misi yang dikembangkan KLHK untuk menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan yaitu dengan menerapkan “Prinsip 5P” Planet, People, Prosperity, Peace, dan Partnership. Adapun pilar dan tujuan SDGs yang berkaitan dengan urusan LHK meliputi Pembangunan Ekonomi, Pembangunan Sosial, Pembangunan Hukum dan Tata Kelola, serta Pembangunan Lingkungan untuk menunjang Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ada. Apabila dilihat dari perspektif lanskap, dalam penyusunan perencanaan spasial kehutanan diperlukan adanya kolaborasi dengan sektor lain untuk mencapai SDGs.
Pada sesi paparan dari Ir. Purwadi Soeprihanto, S.Hut., M.E. disampaikan bahwa kegiatan pengelolaan ekosistem lanskap daratan akan berdampak pada SDGs lainnya. Indonesia
memiliki komitmen untuk menurunkan kadar emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 yaitu 29% (tanpa syarat) dan 41% (bersyarat). Perlu ada strategi untuk mensinergikan multi usaha kehutanan dengan target FOLU NET SINK 2030. Restorasi menjadi bagian penting untuk mencapai SDGs yang ada. Terdapat berbagai macam tantangan dalam mencapai FOLU NET SINK tersebut, karena pendekatan restorasi tidak bisa dilakukan dalam skala unit manajemen. Dalam hal ini, manajemen lanskap menjadi esensial karena pengelolaan dilakukan agar dapat menjamin intervensi aktivitas di dalam hutan, supaya tidak mengancam kelestarian. Selain itu, dijelaskan terkait 7 prinsip Forest Landscape Restoration (FLR) yang dapat mengantisipasi berbagai permasalahan ecosystem services. FLR ini memiliki konsep multi-benefit, sehingga harapannya manfaat yang diperoleh bisa beragam seperti pengembangan ekowisata & jasa lingkungan, meningkatkan adaptasi masyarakat dengan pengembangan pertanian terpadu sekitar hutan, kerjasama riset dan konservasi.
Lebih lanjut, Iwan Setiawan, S.Hut., M.Si. menyampaikan terkait bagaimana Asia Pulp and Paper (APP) Sinarmas mendukung daya dukung dan daya tampung untuk mencapai SDGs. APP menggunakan konsep Integrated Sustainable Forest Management Plan (ISFMP) sejak tahun 2013 untuk mengubah tata ruang HTI, salah satunya dengan memberikan kebijakan konservasi hutan. Ada 5 skema ISFMP yaitu High Conservation Value (HCV) Study dengan anggapan semua habitat alami memiliki nilai konservasi; High Carbon Stock (HCS) Study yang dirancang sebagai alat praktis dalam perencanaan lahan – bukan sebagai alat penilaian karbon yang kemudian menghasilkan rekomendasi mana areal yang potensial untuk dikonservasi dan areal yang akan di-release; Kajian Konflik Lahan dengan adanya pemetaan data di lapangan untuk pengembangan tipologi, strategi, serta memberikan rekomendasi untuk pengembangan dokumen ISFMP; Studi Pertumbuhan dan Hasil yang dapat menentukan sebuah areal apakah bisa digunakan untuk tata ruang tertentu atau tidak; serta Peatland Management digunakan untuk pengelolaan lahan gambut dengan memetakan areal bergambut dan melakukan zonasi ulang. Sustainability Roadmap Vision ISFMP 2030 dirancang untuk mengurangi jejak karbon 30%, melindungi 0,5 juta hektar hutan alam, dan meningkatkan kehidupan jutaan orang. Sehingga, apabila dilihat lagi Roadmap tersebut sejalan dengan SDGs yang ada.
Dari sektor pertambangan, Boorliant Satryana, S.Hut., M.Si. bercerita tentang dunia tambang yang bersinergi dengan tiga SDGs (nomor 15, 7, dan 13). Adaro Minerals Indonesia bergerak di bidang batubara, menghasilkan batubara yang bisa dimekarkan atau mengalami pemuaian berupa green-coal dan met-coal. Perizinan yang dilakukan oleh pihak Adaro untuk membuka pertambangan cukup panjang dan rumit. Adaro Minerals membuat roadmap dalam rangka mencapai net zero 2030. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan menjaga ekosistem darat dengan cara reklamasi tambang dan pemantauan kualitas air menggunakan sparing; improvement biodiversity baseline study dengan melihat keanekaragaman jenis pohon, indeks keanekaragaman flora, keanekaragaman jenis burung (avifauna), amphibi, reptil (herpetofauna), dan lain-lain; improvement energi bersih dengan teknologi pompa hidram tanpa listrik; domestik waste management dengan memanfaatkan eco-enzyme, cangkang telur, dan pupuk kompos dari masyarakat; trees rescue; pengelolaan air asam tambang; monitoring lingkungan; pengelolaan limbah B3, dan rehabilitasi DAS.
Setelah paparan, dilakukan sesi tanya jawab antara audiens dengan narasumber, Dr.rer.nat. Sena Adi Subrata, S.Hut., M.Sc. selaku moderator menutup acara Webinar Series #2.
Webinar series #2 ini bukan merupakan akhir, masih terdapat rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada Hari Kamis, 19 Oktober 2023 yaitu Seminar Nasional Research Update dengan mengusung tema “Pengelolaan Hutan untuk Kelestarian Hutan”. Dalam rangka memperluas dampak dan manfaat, tautan pendaftaran Seminar Nasional Research Update dan paparan masing-masing pembicara dilampirkan melalui rilis ini.
Salam lestari!
—
Tautan pendaftaran Seminar Nasional Research Update (SNRU): http://ugm.id/snru2023 Tautan materi paparan seminar series #2: http://ugm.id/materiwebinardies2
DOKUMENTASI KEGIATAN