
Wanagama – Sejak tahun 2022, Wanagama dan Fakultas Kehutanan mengembangkan wisata forest healing yang memanfaatkan suasana alami di sekitar Wanagama. Suasana asri dan pemandangan hutan yang rindang menjadi daya tarik utama bagi penikmat wisata forest healing. Kali ini, dalam rangkaian rapat awal tahun, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) UGM bersama Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM berkesempatan mengunjungi Wanagama. Pada kegiatan ini, peserta tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga berpartisipasi dalam forest tracking dan modified relaxation therapy (MRT), serta menguji coba aplikasi kebugaran.
Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Jaladara Event Organizer dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dilanjutkan dengan pembagian peserta menjadi dua kelompok. Kelompok pertama memulai kegiatan dengan forest tracking dengan rute Joglo Wanagama – Jembatan Merah Wanagama. Sepanjang perjalanan, peserta disuguhi pemandangan rindang Wanagama dan suara satwa serta alam. Menempuh jarak kurang lebih 1,6 km dengan kontur yang beragam, peserta menunjukkan berbagai ekspresi, mulai dari kelelahan hingga semangat. Acara dilanjutkan dengan coffee break sebelum memasuki sesi modified relaxation therapy. Sementara kelompok kedua melakukan kegiatan dengan urutan modified relaxation therapy (MRT) dilanjutkan dengan coffe break dan forest tracking.
Pada sesi MRT, peserta berbaring di atas matras yang telah disiapkan. Dipandu oleh Kak Titi, seorang psikolog klinis dari RSA UGM, peserta mulai merasakan relaksasi setelah berjalan kaki cukup jauh. Selama 30 menit, peserta menikmati suasana sejuk dan semilir angin dengan alunan musik yang menenangkan. Beberapa peserta bahkan mengaku tertidur selama sesi meditasi ini. “Meditasi hanya 30 menit, tetapi pengalaman istirahatnya terasa seperti istirahat selama 4-5 jam,” ujar dr. Guardian.
Dalam wawancara terpisah,dr. Guardian Yoki Sanjaya, M.Health.Info menjelaskan bahwa saat forest tracking, peserta sekaligus menguji coba aplikasi hasil penelitian kolaborasi antara FKKMK UGM dengan BPJS. Aplikasi ini berguna untuk tes kebugaran. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kebugaran peserta tracking yang berasal dari berbagai generasi, yaitu milenial, generasi X, dan generasi Z. Idealnya, pengukuran kebugaran ini dilakukan setiap 6 bulan untuk melihat perkembangan kondisi kebugaran masing-masing peserta. Aplikasi ini menghasilkan skor kebugaran berdasarkan algoritma data berat badan, tinggi badan, denyut jantung, dan waktu tempuh. Klasifikasi skor kebugaran terbagi dalam empat tingkatan, yaitu rendah, sedang, baik, dan sangat baik. Harapannya, aplikasi ini dapat digunakan secara luas untuk membantu memantau kondisi kebugaran penggunanya.
Penulis : Zulva Ulin Nuha
Dokumentasi : Wanagama