Bulaksumur, Yogyakarta – Kamis, 22 Mei 2025
Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, menggelar kegiatan diskusi bertajuk Konser – Konservasi Seru! dengan tema “Berbagi Relung, Meredam Konflik: Pendekatan Ekologi dan Sosial dalam Mitigasi Konflik Manusia-Satwa Liar dalam Skala Lanskap.” Kegiatan ini menghadirkan Muhammad Hilal Fikriansyah, S.Hut., alumni Fakultas Kehutanan UGM yang kini berkiprah di Frankfurt Zoological Society (FZS), sebagai narasumber utama.
Bertempat di Ruang A.302, lantai 3 Gedung A Fakultas Kehutanan UGM, diskusi dihadiri oleh mahasiswa (dari berbagai lintas angkatan dan bidang minat) dan dosen. Dalam sesi yang berlangsung hangat dan reflektif ini, Hilal membagikan pengalaman lapangannya dalam penanganan konflik manusia dan satwa liar, khususnya gajah di Sumatera. Ia menekankan pentingnya pendekatan terpadu antara dimensi ekologi, sosial, dan spasial dalam mengelola relung kehidupan yang kian tumpang tindih antara manusia dan satwa liar.
Diskusi semakin hidup ketika seorang peserta menanyakan pandangan Hilal terkait video viral tentang anak gajah yang tertabrak truk di Jalan Raya Timur-Barat (JRTB), Gerik-Jeli, Perak, Malaysia, pada Minggu dini hari, 11 Mei 2025. Video tersebut menunjukkan seekor induk gajah yang tetap berada di lokasi anaknya yang tertabrak, sehingga memantik simpati publik dan menjadi viral di media sosial. Menanggapi hal itu, Hilal menyampaikan bahwa daya emosional publik terhadap peristiwa tersebut menunjukkan besarnya pengaruh narasi visual dalam membentuk kepedulian.
“Seringkali, Hari Ibu dipenuhi dengan konten-konten yang menyentuh dan viral di media sosial. Namun, Hari Gajah jarang mendapatkan sorotan yang sama. Maka ketika ada momen seperti ini, itu menjadi kekuatan besar dari generasi Z yang bisa mengangkat isu-isu konservasi menjadi perhatian luas. Dari yang tidak mungkin, menjadi mungkin,” ujar Hilal.
Hilal juga mengajak peserta untuk melihat konflik bukan hanya sebagai benturan semata, tetapi sebagai sinyal dari ketidakseimbangan ruang hidup yang dapat didekati dengan sains, empati, dan kolaborasi. Strategi seperti pembangunan koridor satwa, sistem peringatan dini, hingga pelibatan komunitas lokal dibahas sebagai pendekatan praktis dalam mitigasi konflik manusia-satwa.
Konser – Konservasi Seru! merupakan forum diskusi yang direncanakan menjadi program rutin oleh tim Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi sebagai media belajar interaktif yang menjembatani wawasan akademik dengan realitas lapangan. Kegiatan ini juga menjadi ruang inspiratif bagi mahasiswa untuk mengenal lebih dekat isu-isu konservasi aktual dan peran strategis generasi muda dalam menyuarakan perlindungan alam.
Penulis dan Dokumentasi: Daris