Bulaksumur, Yogyakarta – Selasa, 16 Juli 2025. Tim Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi FKT UGM, melaksanakan kegiatan diskusi dengan salah satu informan kunci dalam upaya konservasi berbasis masyarakat di Desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, yaitu Bapak Sidik Harjanto, S.Si. Diskusi ini merupakan bagian dari penelitian berbasis laboratorium yang berjudul “Pemetaan Para Pihak dalam Model Pengelolaan Areal Konservasi Kelola Masyarakat (AKKM) Desa Jatimulyo”.
Dalam sesi perbincangan yang berlangsung akrab dan reflektif di Zomia Co-Working Space, Bapak Sidik berbagi kisah perjalanan panjangnya mengenal dan mendampingi masyarakat Desa Jatimulyo dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya burung. Ia mengisahkan awal mula keterlibatannya yang berangkat dari aktivitas eksplorasi alam saat masih aktif sebagai mahasiswa pencinta alam. Ketertarikannya terhadap keragaman hayati di kawasan perbukitan Menoreh mengantarnya untuk lebih dekat dengan masyarakat Desa Jatimulyo. Desa yang kini dikenal luas sebagai pionir desa ramah burung di Indonesia.
Kegiatan diskusi ini bukan merupakan yang pertama, tetapi bagian dari rangkaian pengumpulan data dari berbagai informan kunci yang berkontribusi dalam upaya konservasi berbasis masyarakat di Desa Jatimulyo. Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menyusun stakeholder mapping, sebagai dasar dalam merancang strategi pelibatan para pihak untuk pengelolaan model AKKM secara kolaboratif dan berkelanjutan.
Penelitian berbasis laboratorium ini dilakukan sebagai respons atas perubahan kebijakan nasional melalui terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang perubahan atas UU No. 5 Tahun 1990. Undang-undang ini memperkenalkan konsep baru yaitu Areal Preservasi, yang menempatkan peran penting masyarakat dalam mempertahankan fungsi ekologis bentang alam melalui pengelolaan berbasis lokal. Salah satu bentuk implementatifnya adalah AKKM, yang menjadikan model di Desa Jatimulyo sangat relevan sebagai studi kasus.
Menurut Tim Laboratorium Pengelolaan Kawasan Konservasi, keterlibatan tokoh seperti Bapak Sidik Harjanto memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam memahami relasi antara masyarakat dan alam, serta mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan gerakan konservasi berbasis masyarakat. “Kisah dan pengalaman beliau bukan hanya mencerminkan ketekunan individual, melainkan juga mengungkap pola-pola relasi sosial yang mendukung keberlanjutan inisiatif seperti desa ramah burung,” ungkap salah satu anggota tim.
Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memperkuat desain strategi pelibatan multipihak dalam pengelolaan AKKM Desa Jatimulyo, dan menjadi masukan penting bagi kebijakan konservasi di tingkat nasional. Penelitian ini juga menjadi wujud kontribusi akademik dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-17 tentang kemitraan untuk pencapaian tujuan.
Penulis : Daris