
Vancouver, Kanada – Hermudananto, dosen Fakultas Kehutanan UGM sekaligus Ketua Career Development Center (CDC) UGM, berpartisipasi dalam The 2nd International Conference on Forest Therapy (ICFT) – Healing with Nature yang berlangsung di Faculty of Forestry, University of British Columbia (UBC), Vancouver, pada 9–11 Agustus 2025.
Dalam konferensi yang dihadiri lebih dari 300 peserta dari 25 negara tersebut, Hermudananto menyampaikan presentasi oral berjudul “Indonesian Forestry Harvesting Students’ Perceptions of Forest Therapy: Exploring the Connection Between Sustainable Harvesting and Nature-Based Healing”. Presentasi ini masuk dalam Parallel Thematic Session 2 – Theme II: Integrating Forest Therapy into Public Health Systems.

“Forest therapy dan praktik pemanenan hutan berkelanjutan dapat berjalan berdampingan jika dikelola dengan bijak. Pendidikan kehutanan perlu memasukkan nilai-nilai penyembuhan berbasis alam untuk memperkuat kesadaran ekosistem dan kesehatan masyarakat,” ungkap Hermudananto.
Konferensi ini dibuka oleh Dr. Guangyu Wang, Associate Dean dan Profesor Fakultas Kehutanan UBC, serta menghadirkan sambutan dari Dr. Benoit-Antoine Bacon (Presiden UBC), anggota parlemen Kanada, pejabat legislatif provinsi, dan perwakilan pemerintah kota Vancouver. Kegiatan yang diselenggarakan oleh UBC’s Multidisciplinary Institute of Nature Therapy (MINT) ini mencakup pidato kunci, diskusi panel, presentasi tematik, sesi poster, diskusi kelompok, hingga forest therapy excursions.
Salah satu momen penting konferensi adalah peluncuran Vancouver Declaration yang menetapkan visi bersama dan prinsip panduan global untuk mempromosikan intervensi kesehatan berbasis alam, memperkuat kolaborasi internasional, serta mengintegrasikan forest therapy ke dalam kebijakan kesehatan dan lingkungan.
Selain itu, diperkenalkan juga International Standard Draft for Forest Therapy sebagai langkah awal menuju standar global dan jaminan mutu di bidang ini. Kegiatan ditutup dengan sesi “Healing Through Sound” yang memadukan musik langsung dengan lanskap suara alam, memberikan pengalaman reflektif bagi seluruh peserta.
Melalui partisipasinya, Hermudananto berhasil membangun jejaring dengan peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara seperti Kanada, Jepang, Italia, Filipina, dan Amerika Serikat. “Banyak peluang kolaborasi riset yang terbuka, termasuk studi komparatif lintas negara tentang persepsi masyarakat terhadap forest therapy,” tambahnya.
Partisipasi ini diharapkan memperkuat kontribusi Fakultas Kehutanan UGM dalam pengembangan forest therapy di Indonesia, serta mendorong integrasinya ke dalam pendidikan kehutanan, pengelolaan hutan berkelanjutan, dan kebijakan kesehatan masyarakat.
Penulis: Hermudananto