Depok (17/8) – UGM dipercaya untuk mengelola lahan seluas 621 hektar di Ibu Kota Nusantara. Lahan yang kemudian dinamakan Wanagama Nusantara ini akan menjadi pusat pendidikan yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Mengulang sukses Fakultas Kehutanan membangun Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama dari lahan kritis di Kabupaten Gunungkidul menjadi hutan pendidikan saat ini, Wanagama Nusantara akan menjadi wahana komitmen Fakultas Kehutanan UGM untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia.
Dekan Fakultas Kehutanan, Dr. Sigit Sunarta, menyampaikan bahwa sebagai tahap awal, Wanagama Nusantara akan memulai kiprahnya dengan mengelola area seluas 28 hektar yang akan dikelola pada tahun pertama. Ia berharap ada kolaborasi dari seluruh pihak untuk mengelola Wanagama Nusantara, yang diamanahkan kepada UGM, dengan Fakultas Kehutanan sebagai penggerak utamanya. Selain itu, Wanagama Nusantara juga akan menjadi pusat pendidikan lingkungan bagi masyarakat sekitar. Berbagai program edukasi akan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari, Fakultas Kehutanan UGM berkomitmen untuk mengembalikan fungsi hutan Indonesia sebagai penyedia pangan, energi, dan air bersih. Melalui Wanagama Nusantara, kami berharap dapat berkontribusi dalam mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) yang berkaitan dengan lingkungan Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan dalam mengelola Hutan Wanagama di Gunung Kidul, dari lahan kritis menjadi hutan yang bermanfaat bagi kehidupan. “Hutan adalah sistem penyangga kehidupan yang harus dijaga dari waktu ke waktu,” ujar Dr. Sigit Sunarta dalam sambutannya pada Kick Off Dies Natalis ke-61.
Ketua Panitia Dies Natalis ke-61, Dr. Daryono Prehaten, menyampaikan bahwa puncak acara akan dilaksanakan pada 18 Oktober 2024. Selain itu, rangkaian Dies Natalis juga diisi dengan webinar, kegiatan olahraga, kegiatan mahasiswa, dan sosial budaya.
Prof. Dr. Suryo Hardiwinoto menambahkan bahwa Silvikultur Intensif didasarkan pada perkembangan ilmu seleksi dan pemuliaan pohon. Dengan pendekatan Silin, Fakultas Kehutanan mencoba memilih jenis unggulan dengan bibit terbaik dan menempatkannya di lokasi yang optimal, sehingga hama dan penyakit dapat dikendalikan. Ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, baik dalam sistem monokultur maupun mix culture. Beliau juga menyampaikan bahwa Fakultas Kehutanan UGM telah mencapai visinya untuk menjadi institusi perguruan tinggi berkelas dunia, yang dibuktikan dengan akreditasi unggul.
Prof. San Afri Awang, Ketua Senat Fakultas Kehutanan, menekankan pentingnya tata ruang sebagai faktor utama. Namun, jika tidak dikontrol dengan baik, dan semua usulan pemerintah daerah diakomodasi tanpa tanggung jawab, hal itu sama saja dengan menghancurkan masa depan Indonesia. “Tanah, siklus air hujan, energi, dan pelestarian sumber daya air adalah kunci, karena tanah hutan dapat menjadi sumber cadangan pangan untuk bertahan hidup,” ujar Prof. San Afri Awang.
Acara kick-off Dies Natalis ke-61 Fakultas Kehutanan UGM bukan hanya perayaan sejarah, tetapi juga komitmen untuk masa depan yang berkelanjutan. Dengan membangun dan menjaga hutan Indonesia, fakultas bertujuan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya global dalam mencapai ketahanan pangan, air bersih, dan pembangunan berkelanjutan.
Penulis & Dokumentasi: Humas FKT