• UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Languages
Universitas Gadjah Mada Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Visi dan MIsi
    • Kelembagaan Fakultas
    • Sejarah dan Perkembangan
    • Staff Pendidik
  • Akademik
    • Sistem Pendidikan
    • Departemen
    • Sistem Kredit Semester
    • BUKU PANDUAN AKADEMIK
  • KEMAHASISWAAN
    • KEMAHASISWAAN
    • LEM
    • PPSMB Pelestari
  • Penelitian dan Publikasi
    • Berita Penelitian dan Publikasi
    • Penelitian
    • Publikasi
    • Kekayaan Intelektual
    • Jangka Benah
  • Pengabdian Masyarakat
    • Pengabdian Dosen
    • Kerja Sama
    • WANAGAMA
    • KHDTK NGANDONG-GETAS
  • Beranda
  • News
  • MENGENAL TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN BAMBU SEBAGAI PELUANG MASA DEPAN : Kunjungan Instansi Forestry Study Club 2025 Fakultas Kehutanan UGM ke PT. Bambu Nusa Verde

MENGENAL TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN BAMBU SEBAGAI PELUANG MASA DEPAN : Kunjungan Instansi Forestry Study Club 2025 Fakultas Kehutanan UGM ke PT. Bambu Nusa Verde

  • News, Rilis
  • 21 September 2025, 14.07
  • Oleh: hadianto
  • 0

PT. BAMBU NUSA VERDE (BNV)

PT. Bambu Nusa Verde yang berlokasi di Jl. Mangunan, Tebonan, Pakem, Sleman, DIY merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang bioteknologi yang mengembangkan kultur jaringan bambu yang sebelumnya telah dikembangkan di Belgia oleh Mr. Jan Oprins. Mr. Jan Oprins sendiri telah memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun sebagai petani bambu komersial dan menjadi spesialis kultur jaringan bambu. BNV memiliki tujuan untuk menyediakan bambu berkualitas tinggi dan ramah lingkungan yang mendukung ekonomi hijau dan rendah karbon. Jenis yang dikembangkan ada 72 spesies untuk kultur jaringan dan 50 spesies bibit dari spesies Dendrocalamus, Bambusa, Gigantochloa, Guadua, Phyllostachys, dsb.

Pada tanggal 20 September 2025, Forestry Study Club Kabinet Selanica atau kelompok studi Fakultas Kehutanan, UGM melakukan kunjungan instansi ke PT. Bambu Nusa Verde untuk mempelajari teknik kultur jaringan pada tanaman bambu.

KULTUR JARINGAN BAMBU

Kultur jaringan merupakan proses perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui jaringan tanaman (bambu) yang dikembangkan dalam laboratorium dengan menggunakan media agar. Proses kultur jaringan bambu diawali dengan pemilihan tanaman induk, dimana tanaman induk ini berasal dari hasil budidaya, bukan berasal dari tanaman (bambu) liar untuk menghindari kontaminator dari alam.

Kedua, dilakukan inisiasi bahan kultur jaringan dengan sterilisasi untuk memastikan kontaminan hilang, sehingga pertumbuhan dan proses pembiakan dalam kondisi optimal.

Ketiga, yaitu proses multiplication. Proses ini merupakan pengendalian nutrisi dan hormon pertumbuhan akar dalam lingkungan yang steril dan mempersiapkan tanaman untuk transplantasi.

Transplantasi dilakukan dengan memindahkan bambu di laboratorium ke green house dan dilakukan proses aklimatisasi terhadap kondisi eksternal dan memperkuat sistem pertumbuhan sebelum ditanam di lapangan.

Setelah proses aklimatisasi terhadap kondisi eksternal dalam green house dan perakaran bambu sudah kuat, maka bibit bambu dipindahkan kedalam polybag dengan tujuan untuk memberikan ruang lebih luas untuk akar tanaman muda berkembang dan kuat untuk penanaman lapangan serta distribusi komersial.

TANTANGAN DAN PELUANG DALAM KULTUR JARINGAN BAMBU, PRODUK HASIL OLAHAN BAMBU DAN PEMASARAN

Tantangan dalam melakukan kultur jaringan bambu, yaitu proses kultur jaringan yang harus dalam keadaan steril, sehingga harus dipastikan bahwa tempat pembibitan (laboratorium), mother plant, dan alat yang digunakan dalam kondisi bersih untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan kegagalan proses kultur jaringan.

Perbanyakan bambu dengan metode kultur jaringan (perbanyakan vegetatif) memiliki sejumlah keuntungan, seperti hasil bibit yang memiliki sifat genetika unggul sama seperti induknya, dapat dihasilkan dalam jumlah yang banyak, dan dapat dilakukan perbanyakan dalam waktu singkat.

Bambu yang sudah siap dipanen kemudian dapat diolah menjadi produk yang memiliki potensi tinggi ditengah kebutuhan masyarakat akan kayu yang meningkat. Hasil olahan bambu selain sebagai bahan komersial adalah pellet  atau bahan bakar, sebagai bahan campuran kosmetik, papan partikel, kayu lapis, dsb.

Menurut Direktur PT. Bambu Nusa Verde (BNV) Marc Peeters dalam wawancara Yayasan Sarana Wanajaya, “bambu memiliki peluang tingkatkan ekspor, kebutuhan bambu dunia mencapai 15jt ton/tahun, sedangkan volume ekspor Indonesia hanya 2.491 ton dengan devisa USD 2,186 juta”. Bambu juga memiliki peluang untuk co-firing dengan batu bara dengan tujuan untuk mengurangi emisi CO2.

Penulis dan Dokumentasi: Forestry Study Club
Editor: Humas FKT

Tags: SDG 13 Penanganan Perubahan Iklim SDG 15 Ekosistem Daratan SDG 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan SDG 9 Industri Inovasi dan Infrastruktur SDG12 Konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Universitas Gadjah Mada

FAKULTAS KEHUTANAN
Universitas Gadjah Mada
Jl. Agro No. 1 Bulaksumur Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 512102, 6491420 Fax. (0274) 550541
Email: fkt@ugm.ac.id

UNIVERSITY ADMISSION

  • SNMPTN
  • SBMPTN
  • PBUTM
  • UTUL

DEPARTMENT

  • Forest Management
  • Forest Product Technology
  • Silviculture
  • Forest Resource Conservation

Informasi Publik

  • Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Secara Berkala
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat

© FKT - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju