Yogyakarta, 16 Oktober 2025 – Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-62 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Reinventing Pendidikan Tinggi Kehutanan: Ilmu dan Desain Pendidikan Kehutanan Masa Depan”. Seminar dilaksanakan pada Kamis, 11 Oktober 2025 di Auditorium Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Pembicara kunci (keynote speaker) dalam seminar ini adalah Prof. Ahmad Najib Burhani, M.A., M.Sc., Ph.D, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia. Lebih lanjut, untuk memperluas sudut pandang mengenai pendidikan tinggi kehutanan, diundang beberapa narasumber dengan latar belakang akademisi, birokrat, dan praktisi.
- Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc., Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
- Indra Eksploitasia, M.Si., Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
- Ir. Soni Trison, S.Hut., M.Si., IPU, Ketua Bidang Pengembangan Organisasi dan Kerjasama Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan (FOReTIKA).
- Aditya Bayunanda, S.Hut., MM., Chief Executive Officer WWF-Indonesia
- Irendra Radjawali, Ph.D., Technologist Innovator 4.0
Seminar Nasional ini dihadiri lebih dari 250 peserta yang bergabung secara langsung di Auditorium Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada maupun secara online di platform Zoom dan Youtube. Peserta yang hadir berasal dari berbagai wilayah di Indoneisa yang terdiri dari akademisi, birokrat, maupun praktisi dari berbagai institusi.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Ir. Sigit Sunarta, S.Hut., MP., M.Sc., Ph.D., IPU, menyatakan bahwa tema seminar yang diangkat dinilai sangat relevan dengan tantangan global yang dihadapi pada masa kini. Indonesia menegaskan bahwa pencapaian Net Zero Sink hanya dapat terwujud apabila sektor kehutanan mampu mengambil peran yang signifikan. Teknologi memiliki peran penting dalam mendukung keberlanjutan sumber daya alam. Oleh karena itu, pendidikan kehutanan perlu berevolusi agar mampu menguasai ilmu pengetahuan yang adaptif dan transformatif terhadap perkembangan teknologi.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., dalam sambutannya sekaligus membuka seminar nasional, menekankan urgensi pendidikan tinggi kehutanan di Indonesia erat kaitannya dengan tantangan perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity loss), polusi, serta upaya mewujudkan hutan lestari. Universitas Gadjah Mada (UGM) memandang bahwa keberhasilan dalam menjaga kelestarian hutan membutuhkan talenta yang tangguh dan berkarakter luhur, dengan visi dan misi pelestarian bumi. Talenta tersebut perlu dibekali dengan pengetahuan yang kuat, kemampuan berpikir strategis, keterampilan membangun jejaring (networking), komunikasi efektif, serta kemampuan mengorkestrasi berbagai disiplin ilmu untuk mendukung tercapainya hutan lestari.
Seminar ini merupakan media untuk refleksi dan kontemplasi mengenai arah pendidikan tinggi kehutanan di Indonesia dalam menjawab tantangan Indonesia Net Zero Emission 2060. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada sedang mengimplementasikan kerangka kerja Impactful Forestry Higher Education Framework (Im-For-Etik) dalam tranformasi pendidikan kehutanan di Indonesia. Tiga pilar utama dalam kerangka kerja Im-For-Etik Adalah Pendidikan untuk menciptakan kepemimpinan hijau (green leadership), Pengembangan riset translational untuk inovasi bekelanjutan, dan pengabdian kepada masyarkat yang transformatif.
Pada penutupan acara, moderator seminar nasional, Ir. Dwiko Budi Permadi, S.Hut., M.Sc., Ph.D., IPU., membacakan rumusan hasil seminar nasional.
- Perguruan tinggi kehutanan Indonesia perlu melepaskan diri dari paradigma kolonial yang eksploitatif,untuk kemudian membangun filsafat ilmu kehutanan yang berakar pada filsafat hidup dan filsafat akademika, dan mengintegrasikan teknologi serta etika dalam paradigma baru realitas–posrealitas demi keberlanjutan hutan Indonesia.
- Reinventing pendidikan tinggi kehutanan berarti mentransformasikan aset dan sumber daya manusia kehutanan.
- FOReTIKA perlu terus diperkuat untuk menjadi platform kolaborasi tridharma lintas universitas.
- Penekanan transformasi aset dan sumber daya manusia kehutanan menuju “Forester0”.
- Transformasi digital menuntut pendidikan dan praktik kehutanan beralih dari pendekatan analog ke berbasis data sains dan kolaborasi lintas disiplin (interdisiplin/transdisiplin/multidisiplin).
- Fakultas Kehutanan UGM mengusung Impactful Forestry Education Framework (ImFORETIK) sebagai kerangka landasan baru pendidikan kehutanan di Indonesia.
ImFORETIK berdiri diatas 3 (tiga) pilar utama yaitu: 1). Pendidikan untuk “Kepemimpinan Hijau”; 2). Penelitian untuk “Inovasi Berkelanjutan”; 3). “Keterlibatan Masyarakat” untuk keberlanjutan.