• UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang Kami
    • Visi dan MIsi
    • Kelembagaan Fakultas
    • Sejarah dan Perkembangan
    • Staff Pendidik
  • Akademik
    • Sistem Pendidikan
    • Departemen
    • Sistem Kredit Semester
    • BUKU PANDUAN AKADEMIK
  • KEMAHASISWAAN
    • KEMAHASISWAAN
    • LEM
    • PPSMB Pelestari
  • Penelitian dan Publikasi
    • Berita Penelitian dan Publikasi
    • Penelitian
    • Publikasi
    • Kekayaan Intelektual
    • Jangka Benah
  • Pengabdian Masyarakat
    • Pengabdian Dosen
    • Kerja Sama
    • WANAGAMA
    • KHDTK NGANDONG-GETAS
  • Beranda
  • hal. 33
Archive:

Tag: Bahasa Indonesia

Menelaah dampak Omnibus Law Cipta Kerja terhadap sektor kehutanan dan lingkungan hidup

NewsRilis Kamis, 16 April 2020

Kamis, 16 April 2020, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan diskusi daring untuk menelaah rancangan undang-undang (RUU) Cipta Kerja atau yang sering disebut Omnibus Law dan dampaknya terhadap sektor kehutanan dan lingkungan hidup. Diskusi diikuti oleh civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM dengan menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. San Afri Awang (Penasihat Senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI) , Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko (Guru Besar bidang Pengelolaan Satwa Liar sekaligus Kepala Pusat Studi Agroekologi dan Sumberdaya Lahan UGM), Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H. (Guru Besar Hukum Bisnis, UGM), dan Dr. Senawi (Ahli Bidang sistem informasi spasial dan pemetaan hutan Fakultas Kehutanan UGM) .

Tampil sebagai pembicara pertama, Prof. Dr. San Afri Awang menyoroti mengenai beberapa pasal dalam RUU Cipta Kerja yang berdampak pada UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Misalnya dalam pengukuhan kawasan hutan ada upaya penyederhanaan  persoalan dilapangan. Persoalan konflik tata batas cenderung akan diselesaikan secara administratif oleh pemerintah pusat. Hal ini bisa menimbulkan situasi dimana masalah selesai di pusat tapi di lapangan konflik masih tetap terjadi. Prof. San Afri Awang juga memberikan penegasan dengan pernyataan bahwa RUU ini adalah sebuah kemunduran. Kedudukan korporasi dan koperasi rakyat yang sudah disejajarkan dalam 5 tahun terakhir, justru menjadi hilang dengan penghapusan beberapa pasal dan menyarankan untuk tetap mempertahankan spirit keadilan dalam pembahasan lanjut RUU ini.

Pembicara kedua, Prof. Dr. Nindyo Pramono pada prinsipnya mendukung semangat RUU Cipta Kerja yang akan menyederhanakan perizinan di Indonesia tetapi telaah kritis terhadap RUU Cipta Kerja juga perlu didukung agar celah-celah yang masih kurang dapat diperbaiki. Lebih lanjut, Prof. Nindyo menjelaskan bahwa negara Indonesia sudah tertinggal jauh dari negara-negara di ASEAN dalam penyederhanaan perizinan usaha sehingga investasi banyak berpindah ke negara-negara ASEAN lainnya.

Pembicara selanjutnya, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko menekankan pada bagaimana cara pandang RUU Cipta Kerja terhadap hutan sebagai sumberdaya atau dipandang lebih dari sekedar komoditas saja. Beliau juga mengaitkan RUU ini dengan situasi merebaknya Covid-19 yang dampak ekonomi, kesehatan, dan sosialnya telah ditelaah Bappenas. Satu hal yang ditambahkan oleh beliau adalah tentang munculnya New Emerging Infectious Dieseas (penyakit-penyakit baru) yang dikaitkan dengan keberadaan ekosistem hutan. Berkurangnya keanekaragaman hayati dan perubahan lahan secara signifikan adalah ciri yang penting dalam mudahnya timbul penyakit baru.

Pembicara terakhir, Dr. Senawi  menegaskan bahwa kita harus mampu memposisikan sumberdaya hutan sebagai subyek dan obyek pembangunan. Diskusi tentang optimasi penggunaan lahan/hutan yang kemudian dituangkan dalam undang-undang sebagai luas minimal hutan di suatu wilayah DAS sebesar 30% yang juga sempat dibahas oleh Prof. San Afri Awang masih membutuhkan kajian akademik yang jelas, dibahas lebih lanjut oleh Dr. Senawi berdasar kajian yang telah dilakukan. Optimasi penggunaan lahan/hutan bervariasi dan sangat tergantung pada morfogenesis, bentang lahan, kemiringan lahan, kepekaan tanah (erosi) dan factor iklim. Hasil kajian memperlihatkan rentang yang sangat lebar pada aspek morfogenesis misalnya dari sekitar 25% sampai dengan 70%. Kajian tersebut kemudian menegaskan bahwa kebutuhan luas hutan dalam suatu wilayah DAS adalah rata-rata pada angka 35,71%. Hal ini tentu penting sebagai rujukan yang dituangkan dalam RUU Cipta Kerja.

Pada sesi diskusi poin-poin yang disajikan oleh narasumber dibahas lebih dalam oleh peserta diskusi dan sebagai penutup, Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr, Sc. Menyampaikan bahwa Tim Fakultas Kehutanan UGM akan menyiapkan daftar inventarisasi masalah yang dihasilkan dalam diskusi hari ini kepada masyarakat dan khususnya kepada DPR RI sebagai masukan dan pertimbangan pembahasan selanjutnya. (Humas FKT UGM)

AKSI PEDULI UNTUK MAHASISWA FAKULTAS KEHUTANAN UGM

NewsRilis Selasa, 7 April 2020

Dua minggu sejak aktifitas pembelajaran daring (online) diberlakukan di UGM dalam rangka tanggap darurat Covid-19, Fakultas Kehutanan bekerja sama dengan Kagamahut dan Organisasi Mahasiwa telah melakukan Aksi Peduli dengan mendistribusikan bantuan logistik untuk mahasiswa. Sebelumnya telah dilakukan penggalangan dana sebagai bentuk kepeduliaan pada mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM  yang masih tinggal di Yogyakarta (di kost, kontrakan atau asrama) dalam situasi daruat bencana Covid 19. Penggalangan dana dan distribusi logistik dilakukan oleh Tim Rescue Covid-19 yang merupakan kolaborasi antara Fakultas Kehutanan UGM, Yayasan Kagamahut, serta seluruh lembaga mahasiswa (HMM dan BSO). Aksi Peduli dilakukan berdasar hasil pendataan terhadap mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM yang menunjukkan bahwa 40% mahasiswa bertahan tinggal di Yogyakarta selama tanggap darurat Covid-19 diberlakukan. Kebutuhan bahan pangan, masker, hand sanitizer, serta kuota internet untuk pembelajaran daring menjadi daftar kendala yang dihadapi mahasiswa.

Aksi yang dilakukan mulai 30 Maret sampai dengan 02 April 2020 berhasil mengumpulkan dana sebesar 108.255.749 rupiah dan telah didistribusikan sebesar 20.341.500 rupiah dalam bentuk 175 paket bahan makanan, masker, hand sanitizer, dan bantuan pulsa/kuota internet bagi mahasiswa kurang mampu. Distribusi logistik untuk mahasiswa dilakukan dengan sistem berjenjang berdasarkan klaster wilayah yang telah terpetakan pada pendataan awal dengan mengutamakan protokol penanganan covid-19 yang diinstruksikan oleh pemerintah. Tercatat total ada 9 cluster yaitu : klaster  Swakarya, klaster Klebengan, klaster Selokan Mataram, Gejayan, klaster Condongcatur, klaster  Pogung Kidul, klaster Pogung Lor, klaster Sendowo, klaster Monjali, dan klaster Kidul. Masing masing klaster memiliki 1 sampai 2 koordinator mahasiswa.  Aksi peduli ini akan masih berlanjut sampai 2 bulan mendatang untuk mendukung mahasiswa agar tangguh dalam situasi bencana dan tetap mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

Surat Edaran Dekan Fakultas Kehutanan dan Rektor UGM tentang pencegahan COVID-19 di lingkungan UGM

AnnouncementRilis Senin, 16 Maret 2020

Dalam rangka kesiapsiagaan dan pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan UGM dan kondisi penyebarannya di wilayah DIY. Maka UGM menetapkan status awas dan tanggap darurat terhadap penanganan COVID-19. Berikut beberapa surat edaran Dekan Fakultas Kehutanan dan Rektor UGM :

  1. Surat Edaran Rektor No. 1604 Tanggal 14 MaretTahun 2020
  2. Surat Edaran Dekan No. 326 Tanggal 14 MaretTahun 2020
  3. PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM UPAYA KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN PENYEBARAN COVID
  4. Surat Edaran Rektor No. 1606 Tanggal 16 MaretTahun 2020
  5. Surat Edaran Panduan Kuliah Daring dalam Masa Tanggap Darurat COVID-19
  6. Surat Edaran Dekan No. 33 Tahun 2020
  7. Surat Edaran Pembatasan Maksimal Kampus UGM
  8. Surat Edaran Dekan No. 335 Tahun 2020

TASPEN BANTU PELESTARIAN HUTAN BAMBU WANAGAMA

NewsRilis Jumat, 6 Maret 2020

Yogyakarta, 4 Maret 2020.

PT Taspen (Persero) yang diwakili oleh Direktur Utamanya, A.N.S Kosasih menyerahkan bantuan senilai Rp290.500.000 secara simbolis kepada Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Rabu (4/3), dalam acara Seremoni Pembangunan Hutan Bambu Program Pelestarian Alam di Kawasan Hutan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama, Kabupaten Gunung Kidul. Pemberian bantuan tersebut merupakan bagian dari kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Taspen dalam rangka menciptakan kelestarian alam yang berkelanjutan. Dalam acara ini, turut pula dihadiri oleh Dekanat Fakultas Kehutanan UGM, para eselon 3 Kementerian LHK, Bupati Gunung Kidul, beberapa Kepala Dinas pemerintah kabupaten, para Kepala Desa, mahasiswa dan masyarakat setempat. Turut hadir juga adalah para pimpinan dan anggota Saka Wana Bakti dan Saka Kalpataru gerakan Pramuka Gunungkidul. Dalam acara tersebut juga ditandai dengan penandatanganan prasasti pembangunan hutan bambu oleh Ketua Kwarda Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta, GKR Mangkubumi.

Kegiatan Pelestarian Hutan Bambu Wanagama awal mulanya digagas oleh Fakultas Kehutanan UGM sebagai bagian dari gerakan 1000 desa bambu yang menjadi rencana strategis KLHK dan Yayasan Bambu Lestari, khususnya klaster Yogyakarta. Bambu merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Selain mampu menyimpan air dalam jumlah yang besar juga menyimpan cadangan karbon yang baik untuk mitigasi perubahan iklim. Selain itu, bambu mempunyai manfaat ekonomis karena batangnya bisa menjadi material bangunan yang tangguh dan rebungnya bisa menjadi sumber pangan masyarakat. Untuk itu, selama 5 – 10 tahun ke depan diharapkan tumbuh industry pengolahan bamboo di pedesaan dan lembaga desa serta pemerintah daerah berkontribusi terhadap perluasan hutan bamboo di Yogyakarta. Selain itu, dengan adanya kegiatan ini, UGM akan berupaya terus untuk mengembangkan teknologi yang mampu meningkatkan nilai ekonomi bambu.

Untuk mendukung kegiatan Pelestarian Hutan Bambu Wanagama yang berada di lokasi petak 7, 13 dan 16 ini, Taspen memberikan bantuan berupa bibit tanamam bambu petung total sebanyak 2300 bibit yang telah ditanam secara bertahap. Pada bulan Desember 2019, penanaman tahap 1 telah dilakukan sesuai target yaitu sebanyak 1100 bibit di atas lahan seluas 1 hektar yang lokasi tanamnya tidak jauh dari sungai sehingga diharapkan peluang hidup tanaman bambu menjadi lebih tinggi. Penanaman tahap berikutnya sebanyak 1100 bibit telah selesai dan sisanya 100 bibit digunakan untuk penyulaman. Selain itu, teknologi infus bambu juga diterapkan untuk mengantisipasi kekurangan air di musim kemarau.

Demplot hutan bambu Wanagama yang memiliki total luas 2 ha ini rencananya akan dikembangkan menjadi 10 ha dan dikelola secara intensif menjadi ekosistem bambu yang memiliki banyak manfaat yaitu rebungnya sebagai bahan pangan dan bambunya dapat diolah menjadi barang kerajinan. Selain itu, adanya ekosistem bambu ini, juga dapat mengurangi erosi tanah sehingga kesuburan lahan dapat terus terjaga. Keberhasilan pengelolaan Hutan Bambu Wanagama nantinya dapat menjadi referensi dan wisata edukasi bagi masyarakat pada umumnya.

Program Pelestarian Hutan Bambu Wanagama sesuai road map-nya akan dilakukan selama 10 tahun dengan empat fase yaitu, pertama, inisiasi unit percontohan (demplot) hutan tanaman bambu (produksi dan konservasi), kedua, perluasan klaster hutan Bambu Yogyakarta, ketiga, pembangunan industri pengolahan bambu, dan terakhir, monitoring tata kelola bambu dan integrasinya dengan industri hilir.

Harapan Taspen program penanaman bambu ini akan menjadi program yang berkelanjutan. Setelah 3 tahun, panen bambu dapat dilakukan dan disiapkan untuk produksi kerajinan yang melibatkan masyarakat sekitar. Masyarakat akan diberi pelatihan untuk menjadi pengrajin bambu dan dapat menjadi mitra binaan Taspen maupun BUMN lainnya yang memberikan bantuan permodalan dari program PKBL,  diharapkan kedepan hasil hutan bambu Wanagama membawa manfaat dalam meningkatkan industri kreatif dan ekonomi rakyat, sehingga sehingga akan tumbuh UKM-UKM yang mandiri.

Satyawan Pudyatmoko, Profesor Baru UGM yang Merawat Hubungan Manusia dan Satwa Liar

Rilis Selasa, 25 Februari 2020

Keintiman hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alam memengaruhi kesehatan fisik dan mental manusia. Hal ini telah berakar evolusi yang dalam dengan segala kompleksitas dan keragamannya. Manusia senantiasa menjalin hubungan dengan alam (hipotesis biophilia), termasuk satwa liar dan hewan kesayangan. Celakanya manusia telah merubah bumi dengan radikal pada abad XXI. Terjadi pula bencana alam, cuaca ekstrem, global warming, dll. sehingga sebagian makhluk hidup punah dan digantikan kehidupan lainnya. Kini pemikiran manusia mengalami kemajuan seperti menjadikan konservasi keanekaragaman hayati bukan lagi konsep abstrak, namun menjadi kebutuhan nyata manusia. Untuk itu, inovasi metodologi konservasi satwa liar diperlukan untuk menyelesaikan tantangannya yang begitu berat. Dalam hal ini, konservasi satwa liar selalu menekankan pada keseimbangan kepentingan antara kelestarian populasi satwa liar sebagai target pengelolaan, jenis yang berasosiasi serta habitat di satu sisi dan kepentingan manusia di sisi lain. Dengan demikian, konservasi satwa liar, sebagai ilmu sekaligus seni, mampu meramu berbagai disiplin ilmu dan berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan.

Hal ini mengemuka dalam pidato pengukuhan Guru Besar UGM dalam bidang satwa liar, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc. di Balairung UGM, 25/02/2020. Guru besar kelahiran Boyolali, 9 Agustus 1971 ini merupakan guru besar UGM ke-552 dari 663 profesor UGM. Mengangkat judul “Merawat Hubungan Manusia-Satwa Liar”, Satyawan yang merupakan lulusan master dari Tropical and International Forestry, George-August University, Goettingen (2002) dan doktor bidang wildlife biology and hunting science, George-August University, Goettingen (2005) terlihat sangat konsisten menekuni keahlian satwa liar. Penelitiannya mengungkapkan pula mengenai mamalia liar di Taman Nasional Baluran dan konservasi banteng di Pulau Jawa. Secara lengkap publikasi terkait banteng dari Bapak tiga anak, Raditya Himawan Pudyatmoko, Laura Wening Pudyatmoko, Adelia Prajninda Pudyatmoko ini dapat dinikmati pada book chapter: “Ecology, Evolution, and Behaviour of Wild Cattle: Implication for Conservation” yang diterbitkan oleh Cambridge University Press.

Saat ini Prof. Satyawan Pudyatmoko bersama 11 guru besar lainnya semakin memperkuat Fakultas Kehutanan UGM. Capaian menggembirakan ini diapresiasi oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK). Civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM pun merasa bangga dan sangat senang.

“Kami dari keluarga besar Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY mengucapkan selamat kepada Prof. Satyawan. Tentunya ini menambah SDM Fakultas Kehutanan UGM untuk lebih maju. Alhamdulillah Fakultas Kehutanan UGM selalu memberikan inspirasi bagi pelaksanaan pembangunan kehutanan di DIY. Semoga semakin baik terus dengan kualitas sumber daya manusia yang semakin hari semakin bertambah,” jelas Ir. R. Sutarto, M.P. selaku Kepala DLHK DIY di sela-sela ramah tamah/syukuran pengukuhan guru besar di Grha Sabha Pramana. Di tempat yang sama, Ketua Laboratorium Pengelolaan Satwa Liar, Dr. Sandy Nurvianto, S.Hut., M.Sc. dan drh. Subeno, M.Sc. mengungkapkan kebanggaannya.

“Kami bangga karena sebagai laboratorium yang terhitung masih muda telah ada dua profesor, yakni Prof. Juwantoko (alm) dan Prof. Satyawan,” jelas Sandy. Sandy juga berpesan, “Bila anda sudah menemukan impian anda dan anda tahu cara meraihnya, maka lakukanlah”. Sementara itu Subeno, kolega Prof. Satyawan berharap munculnya pengembangan pengelolaan satwa liar supaya semakin membaik.

“Saya sangat bangga dan senang sekali karena hal ini merupakan capaian tertinggi dalam hal akademik. Semoga dapat bekontribusi yang banyak di bidang kehutanan, khususnya satwa liar, dan memberikan konsep baru terkait pengelolaan satwa liar agar semakin baik lagi,” ungkap Subeno.

Teks Pengukuhan Guru Besar Prof. Satyawan Pudyatmoko dapat diunduh disini

Seminar On Sustainable Development

Event Rabu, 19 Februari 2020

Seminar on sustainable Development Series

Kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dan Program S2 International Development Studies Utrecht University, Belanda.

 

Perkuat Riset Kebencanaan, Kepala BMKG Pasang Sensor Prekursor Gempa di Hutan Pendidikan Wanagama

Rilis Selasa, 11 Februari 2020

Gunungkidul (10/2) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali memasang sensor di Hutan Pendidikan Wanagama. Sensor yang akan segera dipasang merupakan sensor prekursor gempa bumi yang melengkapi instrumen yang telah lebih awal dipasang di Wanagama. Survey pemasangan sensor prekursor gempa dilakukan oleh Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, bersama jajarannya dan didampingi oleh Dekan Fakultas Kehutanan UGM beserta Direktur Wanagama pada hari Senin sore, 10 Februari 2020.

Prof. Dwikorita menjelaskan bahwa sensor yang dipasang ini merupakan salah satu instrumen yang penting dalam pengembangan riset kebencanaan utamanya gempa bumi di Indonesia. Masih segar dalam ingatan beberapa peristiwa gempa bumi pada beberapa waktu belakangan yang telah meluluhlantakkan kehidupan serta penghidupan masyarakat. Contohnya yaitu gempa bumi Palu-Donggala, Lombok, dan yang paling dekat dengan posisi pemasangan instrumen yaitu gempa bumi Yogyakarta pada tahun 2006 silam. Pemasangan sensor ini diharapkan mampu membantu BMKG dalam monitoring dan perekaman data sehingga membantu dalam tindakan mitigasi bencana gempa bumi pada masa yang akan datang.

Hutan Pendidikan Wanagama dipilih oleh BMKG untuk pemasangan instumen ini tentunya dengan berbagai pertimbangan strategis. Diantara berbagai pertimbangan tersebut yaitu faktor keamanan, faktor usikan yang minimal baik dari aktivitas manusia maupun medan magnetik, dan berada pada wilayah yang relatif dekat dengan Sesar Opak yang pada Gempa Yogyakarta 2006 merupakan ‘jalur gempa’. Dekan Fakultas Kehutanan serta Direktur Wanagama menanggapi positif hal ini karena selain dapat berkontribusi dalam bidang riset-pendidikan, Wanagama juga turut andil dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi. SG

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kunjungi Hutan Pendidikan Wanagama

Rilis Selasa, 11 Februari 2020

Gunungkidul (10/2) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) didampingi oleh Wakil Menteri LHK dan Dirjen KSDAE melakukan kunjungan kerja ke Hutan Pendidikan Wanagama. Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, ke berbagai destinasi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Rombongan Menteri LHK disambut secara langsung oleh Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi, Direktur Wanagama, Dr. Dwiko Budi Permadi, serta beberapa dosen Fakultas Kehutanan UGM.

 

Beberapa agenda strategis yang dilakukan oleh Menteri LHK di Wanagama yaitu mendengarkan paparan Direktur Wanagama terkait rencana pengembangan Hutan Pendidikan Wanagama kedepan, melihat kondisi hutan pendidikan Wanagama beserta infrastruktur pendukungnya, serta berkunjung ke museum kayu Wanagama. Menteri Siti menyebutkan bahwa sebagai pusat pengembangan SDM dalam bidang kehutanan yang dapat diandalkan, Hutan Pendidikan Wanagama perlu didukung dari segi pengembangan sarana dan prasarana. Baik Menteri LHK maupun Wakil Menteri LHK menyatakan bahwa Wanagama merupakan contoh sukses yang dapat menjadi simbol keberhasilan pengelolaan dan rehabilitasi hutan dan lahan. Oleh karena itu, keberhasilan yang telah di raih oleh Hutan Pendidikan Wanagama dalam rehabilitasi hutan dan lahan perlu di scale up pada skala yang lebih luas pada kawasan hutan lain di Indonesia. SG

Kuliah Umum ” Peatland Forest Ecology and wildlife conservation in Kalimantan “

Event Rabu, 8 Januari 2020

Strategi Jangka Benah Sawit Rakyat Monokultur Mulai Diimpelementasikan

NewsRilis Kamis, 26 Desember 2019

Kick off strategi jangka benah telah dilangsungkan tanggal 18 Desember 2019 di Provinsi Kalimantan Tengah dan Jambi. Strategi Jangka Benah (SJB) merupakan upaya memulihkan fungsi kebun sawit rakyat monokultur menjadi kebun sawit campur dengan teknik agroforestry tertentu disertai dengan komitmen kelembagaan dengan para pihak.


Fakultas Kehutanan UGM berperan dalam membidani konsep ini bersama dengan Yayasan Kehati setelah melakukan rangkaian penelitian dan diskusi terpusat sepanjang tahun 2018 – 2019 di kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dan di kabupaten Tebo, Jambi. Banyak pihak menghadiri acara Kick Off SJB ini antara lain Direktur Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkugnan Hidup dan Kehutanan, Ir. Erna Rosdiana, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Ir. Sri Suwanto, M.S, dan Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi. Dalam acara tersebut telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara BPDASHL Kahayan Tengah, Dinas Kehutanan Provinsi, Fakultas Kehutanan UGM dan Kehati untuk mendukung implementasi strategi jangka benah.


Pembangunan demplot SJB mulai dilaksanakan di desa Karang Sari Kecamatan Parenggean Kotawarinign Timur dengan luasan 3,5 ha dan diharapkan akan dipraktekan oleh para pemegang ijin perhutanan sosial (PS) yang areal kerjanya bersawit. Dalam demplot SJB tersebut, dipraktekan tiga teknik pembenahan, yaitu pengayaan tanaman berkayu di antara sela-sela baris sawit (enrichment), mengganti setiap satu jalur tanaman sawit dengan 3 baris tanaman berkayu secara berselang-seling (alternate rows), dan mengganti setiap dua baris tanaman sawit dengan tanaman berkayu secara berselang-seling (alley cropping). Jenis berkayu yang ditanam adalah meranti merah (Shorea sp), sengon, jengkol, petai dan buah-buahan.
Lokasi demplot ini berada pada zona hutan produksi yang terlanjur ditanami sawit oleh masyarakat setempat sejak tahun 2007. Ketidaktahuan status lahan pada saat itu mendorong masyarakat membuka lahan di kawasan hutan yang masuk KPHP Mentaya Tengah Seruyan Hilir. Saat ini, demplot ini akan menjadi percontohan model solusi keterlanjuran sawit rakyat yang akan dimasukkan dalam skema Perhutanan Sosial.

Tautan Berita https://mediaindonesia.com/read/detail/278748-pemerintah-didesak-terapkan-sjb-untuk-atasi-persoalan-hulu-sawit

1…3132333435…38
Universitas Gadjah Mada

FAKULTAS KEHUTANAN
Universitas Gadjah Mada
Jl. Agro No. 1 Bulaksumur Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 512102, 6491420 Fax. (0274) 550541
Email: fkt@ugm.ac.id

Informasi Publik

  • Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Secara Berkala
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat

© FKT - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju